Senin, 25 Agustus 2008

Orang Indonesia Suka ngamuk

Prof. DR. Sarlito Wirawan Sarwono

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Istilah yang berasal dari kata Melayu ini ada dalam kamus Bahasa Inggris (dieja: amuck). Artinya sama dengan dalam bahasa Indonesia: mengamuk. Dalam dunia kedokteran jiwa, amuk biasa terjadi pada penderita schizophrenia (awam: gila) yang akut, sehingga pasien itu terpaksa diikat di tempat tidur (kalau di desa: dipasung). Kalau yang ngamuk beramai-ramai, menurut versi Polri namanya rusuh massa dan mengatasinya dengan PHH (pasukan anti huru-hara).

Dalam dunia psikologi, amuk sebenarnya adalah hal yang biasa. Anak kecil pun bisa mengamuk, nangis dan menjerit-jerit sejadi-jadinya atau berguling-guling di lantai. Namanya: temper tantrum. Ibu-ibu juga bisa menangis, menjerit-jerit dan menjambaki rambutnya sendiri dan menyerang orang yang mau mendekatinya. Namanya: hysteria.Semuanya itu terjadi, biasanya kalau orang sudah frustrasi berat: anak minta mainan tidak diberi, atau isteri yang suaminya selingkuh.Tetapi amuk bukanlah sekedar agresif karena frustrasi. Orang mengamuk bisa karena alasan yang tidak jelas. Bahkan mungkin tanpa alasan sama sekali. Orang yang beberapa menit yang lalu masih baik-baik, ngobrol dengan teman-temannya di warung, bisa tiba-tiba melempari toko, membakar mobil yang liwat, bahkan membakar pencopet yang tertangkap. Padahal dia sama sekali tidak ada urusannya dengan toko atau mobil itu, dan ia pun tidak tahu apakah orang yang dibakarnya itu pencopet beneran atau bukan.Uniknya, istilah amuck dalam bahasa Inggris justru diadopsi dari bahasa Indonesia (dulu: Melayu). Padahal biasanya bahasa Indonesia-lah yang mengadopsi kata-kata dari bahasa Inggris. Jelas bahwa di mata orang Inggris (mungkin di jamannya Gubernur Jenderal Inggris Raffles) orang Indonesia amat-sangat suka mengamuk.Satu dua tahun terakhir ini, perkiraan orang Inggris bahwa bangsa Indonesia adalah tukang mengamuk sudah terbukti. Kita sebagai bangsa Indonesia, tentu akan heran: "Lho, bagaimana mungkin bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka mengamuk. Kita kan terkenal sebagai bangsa yang ramah-tamah dan berbudaya tinggi". Tetapi kenyataan tetap mengatakan bahwa orang Indonesia tukang ngamuk. Bukan hanya sekarang, tetapi sejak jaman dulu kala.

Ingat saja kisah-kisah dan hikayat-hikayat jaman dulu seperti Ken Arok, Ki Ageng Mangir, Hang Tuah dan si Malin Kundang yang isinya penuh dengki dan iri yang diakhiri dengan pembunuhan. Malah ibunya Malin Kundang rela menyumpahi anaknya yang durhaka menjadi batu. Tengok saja catatan sejarah tentang pembantaian orang Cina di Batavia di awal tahun 1900-an, kerusuhan rasial tahun 1963 di Jawa Barat, kerusuhan Jawa Tengah tahun 1980, rentetan amuk massa di Situbondo, Tasikmalaya, dan kota-kota lain di tahun 1996, peristiwa 12-13 Mei di Jakarta, dan kerusuhan-kerusuhan di Ambon dan Maluku Utara 1999 dan di tahun 2000 ini hampir setiap hari ada massa mengamuk di mana saja dan kapan saja. Sasarannya bisa macam-macam, dari lahan perkebunan sampai gedung DPR/DPRD, dari lokalisasi WTS sampai pos-polisi, dari orang terkenal sampai orang tak dikenal. Pokoknya di mana saja, apa saja dan siapa saja. Sebetulnya, sifat pengamuk, khususnya amuk massa, bukanlah khas Indonesia. Sekarang ini di Fiji, di Siera Leone, di Bosnia, di Palestina dan di banyak tempat lain, orang mengamuk hampir setiap hari. Kalau diurut ke sejarah amuk massa juga terjadi di Rusia ketika massa menjagal Tsar, di Perancis ketika massa memenggal kepala Maria Antoinette, di Beijing pada peristiwa Tien An Mien dan masih banyaaak lagi. Karena itu psikolog Perancis, Gustav Le Bon, yang hidup di akhir abad ke-19 sudah menciptakan teori tentang amuk massa yang konon dikendalikan oleh jiwa kolektif (collective mind) yang bersifat jauh lebih kekanak-kanakan, emosional, tidak memakai akal dan lebih agresif-destruktif ketimbang jiwa masing-masing individu (individual mind).Tetapi yang luar biasa pada bangsa Indonesia (sehingga istilah Inggris diadopsi dari bahasa Indonesia) adalah bahwa bangsa kita ini terkenal ramah dan baik hati, kok tiba-tiba bisa mengamuk. Lho! Ini kan luar biasa. Bagaimana mungkin?Jawaban pakar dan penggembira (termasuk pers) model sekarang adalah mungkin saja, karena selama 32 tahun kita dikekang tirani! Lho, kok 32 tahun? Padahal istilah amuk sudah ada sejak jauh sebelum era-nya Suharto (lagi-lagi kok Suharto yang disalahkan). Jadi tentunya ada jawaban lain.

Jawaban yang paling pesimistik adalah jawaban yang berdasarkan teorinya Lombrosso: orang yang terlahir jahat, selamanya akan jahat. Bangsa Indonesia dari sono-nya sudah pengamuk (dan pura-pura saja baik hati), sehingga sampai kapanpun akan pengamuk (bahkan ada yang menambahkan dengan bakat-bakat jelek lainnya: pemalas, pemboros, gila hormat dsb.). Bangsa yang seperti ini, tanpa provokator pun akan setiap saat bisa mengamuk, apalagi kalau dikompori oleh provokator.Jawaban yang lebih realistik dan optimistik adalah jawaban sosiologi, yaitu bahwa bangsa Indonesia masih terlalu banyak kelas bawahnya (kurang berpendidikan, pekerja kasar atau pengangguran, miskin) dan masih terlalu sedikit kelas menengah-atasnya (berpendidikan menengah ke atas, karyawan staf, pemimpin atau manajer, penghasilan jauh di atas UMR). Kelas bawah, kata sosiologi, memang cenderung kurang rasional, lebih emosional dan kurang paham hukum, sementara kelas menengah-atas lebih taat hukum, selain karena mereka lebih berpendidikan dan lebih rasional, merekapun membutuhkan system yang jelas dan keteraturan untuk bisa melaksanakan pekerjaan mereka sehari-hari. Menurut teori ini, jika bangsa Indonesia sudah mempunyai kelas menengah-atas maka dengan sendirinya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang demokratis dan kerusuhan dengan sendirinya akan berkurang. Biar pun banyak provokator, bangsa yang seperti ini tetap akan aman dan stabil.

Masalahnya sekarang, untuk mencapai masyarakat yang mempunyai kelas menengah yang cukup banyak (kata Yuwono Sudarsono: minimum 30%), masih diperlukan waktu yang panjang (Amerika Serikat perlu lebih dari 200 tahun, Eropa lebih dari 1000 tahun). Sebelum kita sampai ke situ apa yang harus dilakukan? Kata Ebiet G. Ade: tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Selasa, 05 Agustus 2008

Berfikir dan pikiran

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan PIKIRAN itu? Serta membedakannya dengan hal-hal lain di luar pikiran. Pertanyaan ini sangat mendasar, dan telah menjadi bahan renungan manusia sejak ia mulai menyadari proses-proses batiniahnya. Jawabannya tidak mudah, karena sebagian besar didasarkan pada perenungan ke dalam diri sendiri (introspeksi). Di samping itu, jawabannya juga tidak lepas dari sistem konseptual (paradigma) yang mendasari ide-ide di dalamnya. Ditambah lagi kesimpangsiuran yang sering terjadi karena istilah-istilah yang sama sering digunakan dengan pengertian (definisi) yang berbeda-beda (berdasarkan paradigma mana yang dipakai).

Di sini akan disajikan bahasan mengenai 'pikiran' --atau lebih mendalam mengenai 'jiwa'-- dengan menggunakan definisi-definisi yang diterima dalam disiplin psikologi, filsafat (Barat), dan wacana keagamaan (Barat). Jiwa' (atau 'batin') dalam bahasa Inggris disebut mind. (rumah sakit jiwa = mental hospital; kesehatan jiwa = mental health) Jadi, apakah mind atau 'jiwa' ('batin') itu? Jiwa' atau 'batin' (mind) --menurut konsep Barat-- adalah kesatuan yang rumit dari daya-daya (faculties) yang terlibat dalam menyerap (perceiving), mengingat (remembering), mempertimbangkan (considering), menilai (evaluating) dan memutuskan (deciding). Jiwa' itu sendiri tidak dapat dilihat, diamati, atau diukur. 'Jiwa' dalam arti tertentu terlihat dalam kejadian-kejadian seperti pengindraan (sensations),penyerapan (perceptions), emosi (emotions), ingatan (memory), keinginan (desires), berbagai jenis penalaran (reasoning), dorongan (motives), pilihan (choices), sifat-sifat kepribadian (traits of personality), dan bawah-sadar (unconscious). Di dalam Encyclopaedia Britannica, 'jiwa' dibahas secara tersebar di dalam berbagai bab, yakni: secara filosofis dalam "Mind, Philosophy of"; secara ilmiah daya-daya jiwa (mental) dibahas dalam:
-
"Intelligence, Theory and Distribution of";
- "Learning, Animal";
- "Learning and Cognition, Human";
- "Memory";
- "Perception, Human";
- "Thought and Thought Processes".

Selain itu, konsep-konsep non-Barat tentang 'jiwa' dibahas dalam bab-bab tentang agama Timur yang bersangkutan (Hinduisme, Buddhisme, dsb). Sejauh 'jiwa' termanifestasi dalam fenomena yang dapat diamati, orang sering menganggap 'jiwa' adalah milik khas manusia. Namun, beberapa teori berpendapat bahwa 'jiwa' juga terdapat pada hewan-hewan lain selain manusia. Satu teori menganggap 'jiwa' sebagai sifat universal dari materi.Menurut suatu pandangan lain, mungkin ada 'jiwa-jiwa' yang lebih tinggi dari manusia (superhuman), atau ada "jiwa absolut" yang tunggal, suatu "kecerdasan transenden". Ada beberapa asumsi yang harus diambil untuk bisa membahas konsep 'jiwa':

(1) Pertama, asumsi tentang 'pikiran' (thought) atau 'berpikir' (thinking). Jika tidak ada bukti tentang 'pikiran' di dunia ini, maka 'jiwa' tidak punya arti. Kesadaran akan fakta ini sepanjang sejarah menyebabkan timbulnya berbagai teori tentang 'jiwa' yang beraneka ragam. Orang bisa berkilah, bahwa istilah-istilah seperti 'pikiran' atau 'berpikir', oleh karena ambiguitasnya, tidak dapat membantu merumuskan lingkup 'jiwa'. Namun, bagi hampir semua pengamat, 'berpikir' tampaknya lebih daripada sekadar menerima kesan-kesan (impressions) dari luar; yang
terakhir ini disebut 'pengindraan' (sensations).Ini diterima, baik oleh mereka yang berpendapat bahwa 'berpikir' adalah konsekuensi dari 'mengindra', maupun oleh mereka yang berpendapat bahwa 'pikiran' tidak tergantung pada 'indra'. Bagi kedua pihak, 'berpikir' adalah melampaui 'mengindra', baik sebagai elaborasi (perluasan, pendalaman) dari bahan-bahan 'indra', maupun sebagai pemahaman akan hal-hal yang sepenuhnya berada di luar jangkauan indra.

(2) Asumsi kedua yang tampaknya mendasari semua konsep 'jiwa' adalah asumsi tentang 'pengetahuan' (knowledge) atau 'tahu' (knowing). Ini bisa dipersoalkan, bahwa jika ada pengindraan tanpa pikiran, penilaian atau penalaran apa pun, setidak-tidaknya akan ada suatu bentuk pengetahuan yang rudimenter -- suatu kesadaran (consciousness atau awareness) akan sesuatu. Jika ini diterima, maka pembedaan antara kebenaran dan kepalsuan, dan perbedaan antara pengetahuan, kesalahan, dan ketidaktahuan, atau antara pengetahuan, kepercayaan, dan opini tidak berlaku bagi pengindraan tanpa pikiran. Setiap 'pengetahuan' yang melibatkan pembedaan-pembedaan ini tampaknya menyiratkan adanya 'jiwa' seperti juga menyiratkan adanya 'pikiran'. Ada implikasi lebih jauh dari 'jiwa', yakni adanya 'pengetahuan-diri' (self-knowledge). 'Pengindraan' mungkin adalah 'kesadaran' tentang suatu obyek, dan itu berarti suatu bentuk 'tahu'. Tetapi, orang tidak pernah melihat bahwa 'indra' dapat 'mengindra' atau 'menyadari' dirinya sendiri.

'Pikiran' tampaknya tidak hanya mampu 'merenungkan hal-hal di luar dirinya' (reflective),melainkan juga mampu 'merenungkan dirinya sendiri' (reflexive). merenungkan hakikat 'berpikir' itu sendiri, dan menyusun teori tentang 'jiwa' atau 'batin'. Kemampuan 'merenungkan diri sendiri' ini tampaknya juga merupakan unsur yang ada dalam semua konsep tentang 'jiwa'. Ini kadang-kadang disebut "the reflexivity of the intellect", "the reflexive power of the understanding", "the ability of the understanding to reflect upon its own acts", atau "self-consciousness". Di dalam suatu dunia tanpa 'self-consciousness' atau 'self-knowledge', mungkin tidak akan timbul konsep 'jiwa'.

(3) Asumsi ketiga adalah tentang 'tujuan' (purpose) atau 'niat' (intention). Ini berarti 'merencanakan suatu rangkaian tindakan dengan mengetahui lebih dulu (foreknowledge) tujuannya', atau 'bertindak dengan cara apa pun untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan dibayangkan lebih dulu.' (Fenomena 'keinginan' (desire) --tanpa pembatasan lebih lanjut-- itu
sendiri tidak menunjukkan adanya 'jiwa'. Menurut teori 'keinginan alamiah' (natural desire), misalnya, kecenderungan alamiah dari benda-benda yang tidak hidup (inanimate) atau tidak bisa mengindra (insensitive), tetap merupakan ekspresi dari keinginan. 'Tujuan' atau 'niat' di atas bukan dalam pengertian 'keinginan' seperti ini.)

Pada tingkat perilaku benda-benda hiduplah adanya 'tujuan' membutuhkan suatu faktor yang mengatasi 'indra', dan juga mengatasi sekadar 'gairah' (passions), yang menuntut pemuasan sesaat. Faktor itu, yang mengarahkan perilaku menuju suatu tujuan tertentu, kadang-kadang disebut 'daya kemauan' (the faculty of will), 'keinginan rasional' atau 'nafsu intelektual'. Kadang-kadang dianggap sebagai 'tindakan berkehendak' (the act of willing), yang bersama-sama dengan 'berpikir', merupakan dua kegiatan utama dari ‘jiwa'. Kadang-kadang 'bertujuan' itu sendiri dianggap sebagai intisari kejiwaan.

Ketiga asumsi di atas --pikiran, pengetahuan atau pengetahuan-diri, dan tujuan-- ada dalam semua teori tentang 'jiwa', bahkan teori tentang 'jiwa' itu harus dikembangkan lebih lanjut untuk dapat mencakup ketiga asumsi itu secara tuntas. Dari pengembangan ini muncullah konflik antara berbagai teori 'jiwa', yang mempersoalkan bagaimana struktur 'jiwa', apa bagian-bagiannya, apa yang tidak termasuk di dalamnya, dan menjadi bagian dari apa 'jiwa' itu; dan bukan itu saja. Namun, persamaan-persamaan di antara berbagai teori 'jiwa' itu memungkinkan
diajukannya pertanyaan-pertanyaan berikut:

Bagaimana 'jiwa' bekerja? Bagaimana 'jiwa' melaksanakan tugasnya? Apa saja kelebihan dan kekurangan 'jiwa'? Bagaimana hubungan 'jiwa' dengan 'materi', hubungan dengan organ-organ tubuh, hubungan dengan berbagai kondisi material, hubungan satu 'jiwa' dengan 'jiwa' lain? Apakah 'jiwa' sama-sama dimiliki oleh manusia dan binatang? Atau apakah 'jiwa' manusia berbeda tegas dengan 'jiwa' binatang? Adakah 'jiwa-jiwa' atau satu 'jiwa' yang berada terpisah dari manusia dan seluruh kehidupan jasmaniah?

Apakah batas-batas dari 'kecerdasan buatan' (artificial intelligence), yakni kemampuan sebuah mesin untuk melakukan fungsi-fungsi yang biasanya dikaitkan dengan 'jiwa'? Kejelasan dari pendirian yang dianut dalam perdebatan ini sedikit banyak tergantung pada konsep-konsep yang saling bertentangan tentang 'jiwa manusia', yang dari situ pertanyaan-pertanyaan di atas berkembang. Di sini, temuan-temuan di bidang teori pengetahuan (epistemologi), metafisika, logika, etika, dan filsafat agama semuanya relevan secara timbal-balik dengan filsafat 'jiwa'. Di lain pihak, kaitan timbal-balik ini juga terjadi dengan disiplin-disiplin empiris seperti ilmu syaraf,
psikologi, sosiologi dan sejarah.

Senin, 04 Agustus 2008

Lemah dan kuat.

Lemah dan kuat.
(II.Kor.12:7-10)

Beranikah kita mengaku kelemahan kita.Setuju atau tidak,atau lambat atau cepat pasti kelemahan kita nampak. Bagaimana jika kita menghapai kehidupan ini dan orang lain menunjukan kelemahan kita. Jawabannya tidak ada satu orangpun yang senang kalau kelemhanya ditunjukan. Sebab itu orang lalu membentengi diri dalam kelemahannya.Tapi Paulus, memnyatakan suatu yang baik kepada kita “ Jika aku lemah aku kuat”.Pertanyanya dimana kelemahan paulus yang justru menjadi kekuatannya.

1.Kebanggaan diri. (1)
Dia punya alasan untuk dapat membanggakan diri.Dalam ayat. 1-6 Paulus menunjukan alasan tersebut.Bahkan dia pernah sampai difirdaus dan tingkat surga yang ketiga.Tetapi justrus dia berkata dalam ayat pertama “ hal itu tidak ada faedahnya”(ayat.1).Lihat, justru dalam kelemahan dirinya( membanggakan diri) yang tidak bias terhindari.Kuasa Tuhan menjadi nyata.Paulus berkata tidak ada faedahnya untuk membanggakan diri.Teryata inilah dosa yang tersembunyi.

2.Menahan diri/mengekan diri.(6)
Kelemahan kita manusia adalah, jika apa yang menjadi milik kita dan kemampuan kita di ganggu maka kita merasa harga diri lemah hilang.Paulus berkata “aku dapat menahan diri”.Orang yang dapat memahan diri dari hal hal menjadi ancaman kelemahan kita maka dia adalah pahlawan.

3.Aku senang dan rela dalam kelemahan.(9)
Ini tidak berarti Paulus menjadi orang yang pisimis.Tetapi justru Paulus ingin mengalami kuasa Tuhan.Dengan kata lain kalau Kuasa Allah mau kita Alami kita musti menyerahkan semua kelemahan kita kepadaNya.Inilah bukti bahwa “aku senang dan rela dalam kelemahan”.Tidak protes Tuhan, atau mencari kelebihan diluarDia.

Aplikasi.
Sebagai orang percaya kita harus hati hati akan sifat kita yang senang akan pujian atas apa yang menjadi keberhasilan dalam hidup ini.Apakah ini salah.Memang kelihatanya tidak apa, tapi pada akhirnya kata Paulus “ tidak ada manfaat”.Justru akan menjadi sarana bagi lahirnya dosa yang lain.

Hotbah minggu.8/3/002.

Minggu, 03 Agustus 2008

Perilaku aneh pendengar khotbah

Ada banyak pemandangan menarik dari atas mimbar. Pengkhotbah yang berdiri di mimbar mempunyai posisi paling strategis untuk mengamati perilaku jemaat. Sepanjang beberapa tahun pelayanan sebagai pengkhotbah, saya menjumpai beberapa perilaku unik para pendengar khotbah. Para Pendengar khotbah dapat dibagi dalam beberapa tipe :

1. Pendengar Serius

Para pendengar serius ditandai dengan mata yang memelototi pengkhotbah, bergantian dengan memelototi buku catatannya. Dengan pena ditangan, mereka mencatat poin-poin khotbah. Para pendengar serius ini perlu diwaspadai karena mereka mengingat betul khotbah Anda, juga ilustrasi-ilustrasi Anda. Jangan coba-coba mengulang khotbah yang sama di hadapan mereka. Mereka akan menunjukkan bukti kemalasan persiapan Anda dengan segudang catatan khotbahnya, kalau Anda nekad mengulang khotbah yang sama. Kadangkala mereka juga membawa Alkitab yang ada penuntun studinya. Mereka akan langsung mengecek dan menentukan posisi teologis Anda dari khotbah yang mereka dengar. Seusai kebaktian, kadangkala mereka menyalami pengkhotbah dengan tersenyum sambil berkata," Oh ... jadi bapak penganut premillenium pretribulasi ya? Kalau Anda tidak paham dengan istilah barusan ini, berarti Anda bukan tipe pendengar sejenis ini. Posisi tempat duduk mereka di bagian tengah agak depan.

2. Pendengar Ngantukan

Para pendengar ngantukan ini ditandai dengan kepala yang berulangkali tertunduk. Sekilas sepertinya mengaminkan khotbah, tetapi jelas ada bedanya. Ketika mereka berulangkali tertunduk tidak jarang ada sedikit air liur yang mengalir lewat sudut bibir mereka. Ih ... rada jijay juga deh. Jangan tanyakan kepada mereka apa yang sudah Anda khotbahkan, bisa jadi mereka juga tidak ingat kalau lagi di gereja. Tempat favorit pendengar tipe ini adalah bagian pojok belakang. Pendengar tipe ini perlu diwaspadai mengingat bahaya kepala terbentur kursi di depannya, karena terlalu bersemangat menganggukkan kepala. Tipe ini adalah jenis orang yang mengalami mukjizat damai sejahtera di gereja. Tidak jarang mereka mengaku sulit tidur di rumah, tetapi begitu mendengarkan khotbah langsung zzz ....zzz .....

3. Pendengar Cerdas

Para pendengar tipe ini pasti mempunyai intelegensia di atas rata-rata, bahkan terbilang sangat cerdas. Buktinya mereka sanggup mendengarkan khotbah sambil baca warta, sambil mainan hape, atau sambil ngobrol dengan sebelahnya. Kemampuan melakukan beberapa aktivitas sekaligus ini sambil mendengarkan khotbah ini menunjukkan tingkat kecerdasan mereka. Karena mereka adalah orang-orang cerdas, maka mereka kesulitan untuk menaruh respek kepada orang yang tidak secerdas diri mereka, seperti misalnya pada sang pengkhotbah. Karena itu, jangan bertanya kepada mereka apa yang baru saja dikhotbahkan. Tips untuk menghadapi tipe ini sangat sederhana saja : sebagai pengkhotbah sambil menatap tajam mereka, Anda berkata dengan lantang," Ketika Tuhan berbicara saat ini, Iblis sibuk bermain hape, baca warta dan ngobrol sendiri." Coba aja kalau Anda cukup punya urapan untuk melakukan ini, tanpa membuat pendengar Anda sakit hati.

4. Pendengar Humoris

Tipe ini ditandai dengan kemampuan tertawa dengan cepat dan keras. Kehadiran mereka dibutuhkan untuk menyegarkan suasana. Tapi masalahnya, kadangkala saking cepatnya mereka tertawa, mereka tidak tahu apa yang ditertawakan. Anda yang berkhotbah pun bingung apanya yang lucu. Seringkali mereka memasang wajah cemberut, khususnya ketika Anda mulai berkhotbah tentang doktrin dengan istilah yang sulit-sulit. Bagi pendengar tipe ini, khotbah Anda dinilai bagus apabila Anda bisa menyaingi Eko Patrio, Thukul Arwana, atau Jojon. Posisi tempat duduk mereka sangat ditentukan reputasi pengkhotbah. Maksudnya kalau ada pengkhotbah yang punya reputasi tambahan sebagai pelawak, maka mereka akan duduk di depan.

5. Pendengar Asongan

Tas atau kantung pendengar tipe ini dipenuhi dengan beberapa jenis permen yang siap diasongkan ke pendengar lain, selama khotbah berlangsung. Bunyi-bunyi yang ada di sekitar mereka adalah bunyi plastik bungkus permen dibuka, kaleng permen kecil jatuh. Mereka juga seringkali bermain mata untuk menawarkan permennya ke pendengar yang lain. Kalau orang-orang di sekeliling mereka terganggu dengan bunyi-bunyi ini, mereka akan berdehem-dehem memberi kesan kalau tenggorokan mereka sakit dan membutuhkan permen untuk menenangkannya. Kriteris apakah khotbah Anda bagus dan menarik, bisa Anda lihat dari respons mereka. Ketika mereka tidak lagi mengasongkan permen atau sibuk membuka bungkus plastik permen, tetapi memandang Anda dengan kekaguman seperti seorang anak dibawa ke toko permen yang besar, maka Anda khotbah Anda cukup menarik baginya. Tempat duduk mereka ditandai dengan berterbarannya bungkus permen yang ditinggalkan sembarangan setelah kebaktian.Apakah Anda termasuk salah satu tipe di atas? Tidak? Adakah tipe-tipe unik lainnya? Pasti ada deh. Atau silakan Anda tambahkan sendiri di bagian comment di bawah tulisan ini. Lain kali disambung deh dengan perilaku aneh pengkhotbah di mimbar.

Sabtu, 02 Agustus 2008

God is not interested in your plans!


God Is Not Interested in Your Plans.

I believe the Western church is generally in the same condition as Martha. You know the truths about God's Word in your head, but you still like to run your own lives. Like Martha, many Christians cry out, "Lord, if you had just done things according to our plans, we would never have ended up in such a mess." Friend, you need to realize that God is not at all interested in your plans. He is only interested in His plans! So many churches and individual believers think they should make their own plans and strategies, then ask God to bless them. The almighty God is not our servant! He does not do what we tell Him to do. Many Christians need to climb down from the throne they have built for themselves, fall on their faces before God and do whatever the Master tells them to do.

Tulisan ini dikutip dari buku “ Living Water by Brother Yun”, yang merefleksikan sikap Martha yang berkata dalam Yoh.11:21 “ Tuhan, sekiranya Engkau ada disini, saudaraku tidak akan mati”. Martha punya pelening, saudaranya tidak akan mati tapi Tuhan punya maksud saudaranya musti mati dulu baru bangkit.Allah tidak tertarik dengan rencana dan kehendak kita,sebab apa yang kita pikirkan dan harapkan terlalu sempit dalam pandanganNya.Kadang kita kepengen cepat kaya,pintar,sukses, banyak jiwa bertambah di gereja.Kita kleam, bahwa ini kan bagus pasti Tuhan punya rencana.Memang pada akhirnya banyak orang yang bangga, sombong akan keberhasilan masa lalu dengan berkata “ dulu kami buat ini itu atau dengan kata lain kalau bukan saya pasti semuanya tidak ada”.Tuhan Tahu penyakit manusia yang egois ini.Ternyata cara Tuhan Lain.JalanNya lain dari apa yang kita harapkan.
Jadi yang penting disini adalah “ pertama tama datang sujud dihadapanNya untuk menantikan apa yang Tuhan perintahkan untuk dikerjakan”.Supaya kita bertobat dari cara cara kedagingan kita.

Your mission Starts where you are.


Your Mission Starts Where You Are

Sometimes we're tempted to think that our current position / job / situation is a barrier to our mission, but, in fact, it is where it starts. Paul said, "Each one should retain the place in life that the Lord assigned to him and to which God has called him." This doesn't mean that we should never change jobs or move, of course. It does mean that if my mission cannot start here, where I am, it cannot start at all.

Jumat, 01 Agustus 2008

Jesus wants to be your Best Friend

Jesus Wants to Be Your Best Friend.

Your faith may have grown stale and dry, but God wants streams of living water to flow from within you! He wants you to renew your first love and to walk in obedience to Him, realizing He is not only the God of the past and future, but the God of today. I encourage you to kneel down and pour out your heart before the Lord. Allow Him to set you free from your secret sins that have bound you and held you back in chains. If someone has wronged you and you have not forgiven them, now is the time to forgive them from your heart. It doesn't matter if people reject you and say you are worthless. All that matters is that Jesus loves you, and He wants to be your best friend.

Nama Nama Allah

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Saya ingin mendalami nama nama Allah.Sebab lewat ini kita akan betul betul cinta dan mau lebih berkorban bagiNya.Dalam Alkitab secara Khusus perjanjian lama adalah Fondasi dari pada pengenalan akan Allah yang benar dan monoteisme.Dengan kata lain kita berhutang pada dunia Ibrani yang dipakai Tuhan untuk membangun konsep Monoteisme bagi manusia.Untuk mendalami ini maka kita akan coba bahas tiga belas nama yang dipakai dalam Perjanjian Lama.
Langkah awal kita perlu tahu dulu bahwa ada tiga kata besar dalam bahasa Ibarani yang dipakai untuk Menyatakan atau mentercemahkan kata Allah yaitu EL atau Elohim, Adonai, dan Yahweh. Dari ketiga kata inilah maka lahirlah seruan atau panggilan kepada Allah dalam kurang lebih tigabelas nama dalam Perjajian lama.

Yang menarik ketiga kata ini dipakai sebagai termenologi bagi nama Allah.Bagaimana dapat memahami ini, ada analogi yang dipakai dalam kehidupan kita sehari hari tentang nama, Yaitu ; First name, ada Last name, dan ada Call name ( nama panggilan). Nah, Elohim adalah sebutan bagi Allah yang umum atau First name, sedangkan Yahweh adalah Last name ( suatu penggilan yang tertentu/ special), sedangkan Adonai adalah Call name atau nama panggilan, nama yang dianggap akrap dalam pergaulan( Misalnya nama saya Zacharias saya dipanggil caka /zach).Dengan demikian pengenalan akan Allah sejak semula adalah karena “Allah ingin memperkenalkan diriNya bagi ciptanNya”, jadi kita hanya dapat mengenal Allah sejauh Dia menyatakan diriNya.Karena Dia sudah memperkenalkan namanya maka kita dapat mengenalnya dengan baik.

1.Elohim ( Powerful God)

Inilah nama yang pertama tama disebut dalam Alkitab.Dalam Kej.1:1” Pada mulanya Allah( Elohim)…”. Kata Elohim: berasal dari kata El artinya” kekutan( Power)”.Ditulis dalam bentuk jamak.Para ahli Perjanjian Lama menyatakan bahwa bentuk jamak ini menyatakan dua hal.pertama untuk menyatakan “ketritungalan Allah”, tapi yang kedua bentuk jamak untuk menyatakan suatu gagasan yang lebih luas atau besar.Tak kunjung habis, kelimpahan, tak terhingga.Kalau dilihat secara khusus dalam kitab kejadian maka gagasan yang kedua lebih menonjol dari pada yang pertama.Secara “powerful/luar biasa itu dia menyatakan dirinya.Secara istimewa Musa diberikan wahyu untuk melihat kebelakang hal hal yang pertama (Genesis= ingat kata genekologi=ilmu tentang kandungan).Artinya pada waktu dunia dalam kandungan Allah dalam kekekalan Musa di izinkan Tuhan untuk menulis apa saja yang ,Ia kerjakan sehingga kelak kita akan mengenalNya dengan baik dalam dunia yang fana dengan mata yang terbatas.

Allah menciptakan.(Kej.1:1)
Petama tama Dia menyatakan posisinya.Sebagai pencipta Ia bukan ciptaan.Artinya Dia tidak boleh dibuat atau diciptakan oleh ciptaan apapun dan dalam bentuk apapun, maka dari sini kita kenal istilah KHALIK bagi Dia.Sebab itu dalam sepuluh ukum Tuhan maka hal ini dinyatakan sebagai hal yang pertama, alasannya karena Dia adalah Khalik dan manusia adalah ciptaan.

Allah Roh Adanya.(Kej.1:2)
Baru hal yang kedua Dia menyatakan hakekat diriNya.Dan posisi keberadaanNya dalam dunia Roh. Yang tak terhingga, yang tidak dapat ditemukan dan dijangkau secara material.Sebaliknya secara spiritual, maka manusia disiapkan instrument rohani untuk bergaul dan interaksi dengan Dia.Disinilah peran iman yang Allah taruh dalam hati manusia ( sola fide) hanya oleh iman kita dapat berkenan pada Allah.

Allah berbicara(Berfirman). (Kej.1:3)
Inilah bagian yang sangat penting bahwa Allah adalah yang bersabda.Yang menunjukan bahwa semua apa yang disampaikan pasti akan digenapi.Dengan demikan Dia adalah Allah yang dapat dipercaya.

Allah Melihat.(Kej.1:4)
Dialah pribadi yang Maha Tahu. Karena Dia dapat melihat menumbusi demensi manusia.Dia tidak buta sebab itu Alkitab berkata Allah adalah terang. Artinya Dia dapat dihadapanNya semua transparan.

Allah memisahkan.(Kej.1:4b)
Disini kita lihat salah satu sifat Allah sebagai hakim.Karena itu Alkitab berkata menghakimi adalah hakKu.Karena ketika Dia menjatuhkan hukuman pasti dengan segala kebenaran yang tidak pernah salah.

Allah Menamai.(Kej.1:5)
Allah adalah pribadi yang tidak mendua.Terang adalah terang dan gelap adalah gelap.Sangat objektif,artinya dia Maha Teratur/tertip.

Allah Menaruh.( Kej.1:17)
Allah adalah pribadi yang yang tidak pernah Salah atau maha benar.Apa yang Dia taruh adalah kekal sifatnya.Berarti semua yang Allah kerjakan Dia juga menjaganya.

Allah Menilai.( Kej.1:21)
Setiap apa yang kita nilai pada akhirnya kita ingin mendapatkan suatu kepastian.Dikatakan bahwa “ sungguh amat baik”.Allah adalah pribadi yang Maha Suci. Sehingga Dia selalu kagum akan nilai nilai yang kekal.Sehingga Alkitab berkata tanpa kesucian kita tidak berkenan dihadapan Allah.

Allah memberkati.( Kej.1;22)
Memberkati lawannya mengutuk.Artinya Allah adalah Maha pengampun.Petrus pernah diminta untuk mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali.Inilah nilai dari pada memberkati. Artinya tidak pernah menghitung kesalahan orang tetapi mengutamakan tanggung jawab kita.

Allah berkomunikasi/bersektu.(Kej.1:26)
Sejak semula Dasar dari sifat Allah adalah Maha Kasih.Kasih biasa terjadi kalau ada objeknya. Karena itu dalam ayat ini dipakai kata “KITA” artinya sejak semula Dia selalu menyalurkan Kasih.Karena ada Kasih maka kuminikasih menjadi utama.Dan persekutuan/ kerukunan adalah menjadi perwujudan kehidupanNya.

Allah memberi.(Kej.1:29)
Allah bukan pribadi yang kikir atau hidup untuk diri sendiri. Dia penuh belas kasihan.Karena bagi Dia Kasih Agape yaitu Kasih yang memberi, dan tidak pernah menuntut.Jadi memberi adalah bukan karena ingin mendapatkan sesuatu, tetapi memberi adalah merupakan sifatnya yang tidak berpusat pada diri sendiri. Pada puncaknya Dia memberi DiriNya sendiri yaitu Anaknya Yesus Kristus.

Allah menyatakan diri/ image.(Kej.1:27).
Puncaknya , Allah adalah Allah yang beringkarnasi, atau Allah yang tidak membuat diriNya mistery, memang tidak berarti Allah itu juga pribadi yang gamblang dan mudah dimengerti atau gampangan.Dengan kata lain Dia memiliki sifat Maha Hadir.Dengan demikian kalau Allah menjadi manusia adalah hal yang biasa dan yang berbahaya kalau manusia ingin menjadi Allah.