Selasa, 09 September 2008

Bahaya Marah

Amarah yang Berakibat Neraka

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala (Matius 5:21-22).Hari ini dalam gereja Tuhan banyak sekali jatuh korban pembunuhan. Bukan karena senapan atau senjata tajam, tetapi karena lidah. Mereka terbunuh karena kalimat-kalimat kasar yang menyinggung perasaan mereka, yang mematikan semangat hidup mereka, dan yang mengecilkan citra diri mereka. Karena Yesus dalam kotbahNya di bukit, engkau tidak membunuh secara fisik, tetapi sikap hatimu dan perkataanmu yang menyakitkan orang lain sama kejinya dengan pembunuhan fisik.Banyak dari para korban tersebut hari ini tidak lagi berada di gereja, karena realita hidup bergereja mereka temukan samasekali berbeda dari harapan mereka. Dan para pembunuhnya masih bebas berkeliaran. Tingkah laku agama begitu baik, namun hati mereka yang dingin tak pernah tersentuh dengan kasih Allah, itu sebab mereka terus menyakiti sesamanya.Orang Farisi dan ahli Taurat sibuk dengan detail yang eksternal tentang hukum Allah.Dari generasi ke generasi mereka telah diajar dari sejak kecil untuk melakukan 613 perintah dan larangan yang mereka pikir diperlukan untuk memenuhi standar Allah. Namun mereka tidak peduli dengan hal-hal yang internal, yang jauh lebih penting, yaitu soal motivasi. Soal hati mereka. Mereka berdiskusi dan berdebat: bagaimana kita mendefinisikan pembunuhan? Kalau saya memukuli seseorang sampai ia hampir mati, apakah itu termasuk membunuh? Bagaimana kalau saya tidak memakai tangan orang lain untuk membunuh seseorang bagi saya, apakah itu termasuk pelanggaran terhadap perintah Allah yang ke-6 tsb? Bagaimana kalau saya dipenuhi amarah dan kebencian terhadap seseorang dan saya dalam hati berkata ”Gua harap dia mati ketabrak bis” tapi tidak benar-benar menabrak dia?
Mereka berpikir bahwa perintah jangan membunuh itu mereka telah taati bila mereka tidak mengambil nyawa orang lain. Itu sebab pada akhirnya meski mereka tidak membunuh Yesus dengan tangan mereka sendiri, mereka berkonspirasi untuk membunuh dia, dan memakai tangan orang lain untuk melakukan dosa terbesar yang pernah dilakukan manusia terhadap Allah: Menyalibkan Anak-Nya.
Inti dari semua ini adalah jika kita mengumbar kebencian hati kita dengan menyakiti sesama kita, kita berhadapan dengan Allah sendiri. Yesus menegaskan bahwa dosa ini adalah dosa yang serius, jauh lebih serius dari yang kita bayangkan, karena yang menjadi taruhannya adalah surga dan neraka. Hal ini muncul dalam banyak ayat dalam firman Allah, misalnya:

“Bagaimana kamu yang jahat, dapat mengeluarkan kata-kata yang baik? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu, engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Matius 12: 34-37)"The one who says he is in the light and yet hates his brother is in the darkness until now" (1 John 2:9)" "Everyone who hates his brother is a murderer; and you know that no murderer has eternal life abiding in him (1 John 3:15)"Memang tidak semua kemarahan itu berdosa. Yesus marah beberapa kali karena kedegilan hati manusia, karena pemberontakan mereka terhadap Allah, karena kekudusan Allah diinjak-injak, namun Ia tidak marah ketika Ia dihianati, diadili, dicaci-maki, dianiaya. Kita sebaliknya seringkali marah karena hak-hak pribadi kita diinjak-injak sementara kita lenggang kangkung saat nama Allah dijadikan bahan tertawaan.
Kata marah yang dipakai Yesus dalam bahasa aslinya adalah orgidzo, yang menunjukkan kemarahan terhadap seseorang yang kita pelihara semakin lama semakin menjadi-jadi, mirip seperti teko berisi air yang dipanaskan, semakin lama semakin panas sampai mendidih. Rasa marah itulah yang dialami Kain dalam kitab Kejadian pasal 4. Allah berkata menegur Kain “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?.. .Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu”Yesus tidak mengkoreksi arti perintah Allah yang ke-6 ini, tidak mengubah atau menambahkannya. Ia justru mengembalikan arti semula yang esensial dari perintah tsb. Darimana saya tahu akan hal ini? Dari Imamat 19:16, Allah berkata melalui Musa: "Do not do anything that endangers your neigbours’ life” Ayat tsb memberitahu kita bahwa Allah tidak hanya melarang aksi pembunuhan itu saja, tetapi segala sesuatu yang dapat menjurus kepada hal tersebut. Ayat berikutnya berkata “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah engkau menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan.” Demikian pula saat kita mencela, mencaci-maki, menghina, melecehkan mengecilkan orang lain, neraka menjadi konsekuensi dari semua itu. Sayang sekali LAI salah menterjemahkan kata "RACA" yg di KJV/NIV/NASB tetap dipakai sbg transliterasi dari Yunani. Arti kata RACA bukan 'Kafir' sbgmana di Alkitab Indonesia, tetapi mengacu kepada penghinaan secara intelektual. Dalam bahasa gaul, misalnya, bisa diparafrase menjadi misalnya: “Dasar kepala udang” atau “Makanya, otaklu jangan ditaruh di dengkul” atau “Goblok ga ketulungan”. Di Australia, umpatan seperti itu muncul dalam bentuk misalnya: "Bonehead" atau "Bloody Idiot!"
LAI juga salah kaprah menterjemahkan kata "Jahil" karena aslinya adalah kata MORE, yang berarti tolol tak bermoral. Bahwa Allah memakai kata ini di PL (misal, 'Hear this, O foolish and senseless people, Who have eyes, but see not; Who have ears, but hear not" Jer 5:21) dan PB (misal, 'You fool! This very night your soul is required of you; and now who will own what you have prepared?" Luke 12:20) menunjukkan bahwa saat kita mengata-ngatai sesama kita 'tolol', kita sedang mengambil posisi seperti Allah yang sedang menghakimi secara objective pemberontakan manusia kepada Allah.
Dalam bagian ini, Yesus menegaskan bahwa jika kita telah memiliki iman yang menyelamatkan, maka kebencian yang penuh amarah terhadap sesama tidak akan meluap keluar dari hati kita dan meluncur dari mulut kita. JIka kita berulang-ulang melakukan dosa ini, kita perlu meragukan keselamatan kita! Neraka (gehenna) menjadi tanggungan kita (Matius 5:22). Inilah beban dosa yang terlalu sering kita anggap enteng.

Tidak ada komentar: